Senin, 31 Oktober 2011

PLURALISME HANYA ‘mempermainkan’ AGAMA


Oleh: Muhammad Sulthon Abdullah
Film ‘?’ (Tanda Tanya) karya Hanung Bramantyo menyebarkan paham Pluralisme Agama.Penyebaran paham Pluralisme ini telah dicermati oleh KH A. Cholil Ridwan, Ketua MUI Pusat Bidang Budaya. ”Film ini jelas menyebarkan paham Pluralisme Agama yang telah difatwakan sebagai faham yang salah dan haram untuk umat Islam untuk memeluknya,” ujar Cholil. Indikasi faham pluralisme ini, jelas Cholil, terlihat dalam narasi di bagian awal, “Semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama: mencari satu hal yang sama dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan.” ( http:/ / www.voa-islam.com). Narasi yang kedengarannya sangat indah, tapi sesat dan menyesatkan, serta memiliki makna yang dangkal.
Paham pluralisme pada hakikatnya mengarahkan manusia untuk bersikap netral terhadap agama. Konsep netral agama tak mengenal konsep Tauhid dan Syirik, atau Mukmin dan kafir. Semua agama dipandang sama-sama merupakan jalan yang sah menuju Tuhan yang sama. Karena itu, paham pluralisme mendorong umat manusia untuk berpikir lintas agama dan tidak berpikiran sempit dengan meyakini kebenaran agamanya sendiri.
Menurut pemahaman pluralisme, masalah beriman atau kafir, benar atau sesat, adalah urusan Allah dan serahkan saja kepada Allah. Sebab Allah adalah Yang Maha Mutlak, sedangkan manusia adalah makhluk yang relatif. Setiap pendapat manusia adalah relatif sehingga tidak bisa memutlakkan pendapatnya. Manusia tidak tahu dengan pasti suatu kebenaran sehingga tidak bisa merasa benar sendiri dan menghakimi orang lain sebagai sesat atau kafir. Hanya Allah yang mengetahui kebenaran hakiki, sehingga tidaklah patut manusia menempatkan diri sebagai Tuhan dan menghakimi sesama manusia.
Lebih lanjut, paham pluralisme justru mendorong pembauran (sinkretisme) seluruh agama. Penganut pluralisme tak hanya beriman dan menjalankan syariat satu agama saja, melainkan cenderung menerapkan dan memadukan semua ajaran agama dalam suatu gaya hidup keagamaan baru. Salah satunya adalah konsep Islam Hanif.
Setelah tiga tahun bersama sejumlah pendeta Kristen Advent meneliti AlKitab dan AlQur’an, Pendeta Robert P. Walean memfatwakan bahwa Islam Hanif adalah ajaran yang diterima Allah. Konsep Islam Hanif ini dicetuskannya setelah membaca surat An Nahl ayat 123, “Kemudian Kami wahyukan kepada (Muhammad):” Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif “dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Ibrahim (Abraham) memiliki arti yang sangat penting untuk semua agama  samawi  yaitu Yahudi  ,  Kristen  dan  Islam . Umat ​​Islam menganggap nabi Ibrahim sebagai bapaknya orang-orang mu’min. Ia adalah contoh ideal dari seorang yang disebut mu’min. Agama Yahudi memandang Abraham sebagai salah satu leluhur mereka. Sedangkan umat Kristen meyakini bahwa Abraham adalah bapak orang percaya. Imannya menjadi teladan untuk semua orang. Dengan demikian, Abraham adalah  bapak  yang sama untuk ketiga agama ini, sekaligus mengingatkan bahwa ketiga-tiganya memiliki akar yang sama, yaitu monoteisme  . Untuk itu, nabi Ibrahim disebut juga sebagai  Bapak Monoteisme Dunia .
Berdasarkan firman dalam Yesaya 60: 7, Pendeta Robert menyakini bahwa umat Islam adalah kaum yang diterima Tuhan. Sebab, dalam pandangan Kristen, orang Kedar dan Nebayot adalah keturunan nabi Ibrahim dari garis Ismail yang menganut Islam. Dia juga mengakui nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Bahkan dia meyakini semua perilaku Nabi Ibrahim dan Muhammad saw adalah Islam Hanif. Tapi, itu tak berarti sama persis seperti Islam, sebab hari suci dalam Islam Hanif versi Robert bukanlah Jum’at, melainkan Sabtu alias Sabath, sebagaimana juga dalam Kristen Advent.
Gampang diduga, konsep Islam Hanif merupakan salah satu gerakan Kristenisasi Berkedok Islam. Yakni, menyebarkan kekristenan secara terselubung yang dikemas dalam gaya dan kultur Islam. Tak heran, jika Pendeta Robert memperbarui doktrin Kristen dalam wajah Islam yang dilengkapi dengan kutipan ayat-ayat AlQur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Sayangnya, kebanyakan kaum Muslim justru lengah terhadap ancaman pemurtadan terselubung tersebut.
Ketidaktahuan mayoritas Muslim terhadap metode pemurtadan berkedok Islam tersebut seringkali merugikan umat Islam sendiri. Bahkan banyak kaum Muslim yang bersimpati terhadap Pendeta Robert, dan mengharapkannya mendapatkan hidayah. Padahal, bisa jadi orang-orang seperti Pendeta Robert ini adalah orang-orang yang diisyaratkan oleh AlQur’an, sebagai berikut:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu?Mereka ingin berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan berarti menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Bila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. ( Qs. An Nisaa ‘: 60-61 )
Orang-orang seperti pendeta Robert hanya ingin merusakkan aqidah umat Islam. Frans Donald dari Kristen Unitarian, misalnya, memiliki pemahaman unik tentang agama yang dianutnya. Dalam bukunya ‘ALLAH Dalam AlKitab dan AlQur’an: Sesembahan Yang Sama atau Berbeda?’, Frans Donald menulis, “Ada orang yang karena melihat saya percaya bahwa AlQur’an adalah wahyu dari Allah dan Muhammad adalah nabi-Nya (juru bicara Allah ), lalu menyebut saya Islam. Tentu saja saya tidak menolak, karena bukankah arti dari Islam atau Muslim adalah “lurus mengharap pahala”? Jadi kalau saya dinilai sebagai seorang Muslim (mengharap pahala), ya … alhamdulillah! Terima kasih. Suatu kehormatan bagi saya … Tapi ada juga yang karena melihat saya percaya pada Taurat dan Injil, dan menerima Yesus Kristus, lalu menyebut saya Kristen. Silakan saja karena bukankah arti dari Kristen sebenarnya bukan sekedar ber-KTP Kristen, tetapi pengikut Yesus yang penuh iman dan kasih? Jadi, kalau ada yang mengatakan saya Kristen, ya … Haleluya! Terpujilah Yahweh, terima kasih. Namun, perlu saya jelaskan bahwa kalaupun saya disebut Kristen, Kristen saya adalah ‘Kristen Tauhid’. “
Tujuan utama orang-orang seperti pendeta Robert P. Walean dan Frans Donald hanya mendangkalkan aqidah umat Islam. Mereka hanya membuat agama sebagai permainan saja, sehingga layak untuk kita untuk meninggalkannya. Sebab Allah berfirman, “Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Ingatlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa’at selain Allah “( Qs. Al An’aam: 70 ). (Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda sangat berarti bagi kami,,,,Terimakasih sebelumnya,