Seruan Menuju Kalimat Tauhid:
Tiada Tuhan selain Allah
Dan ketika Isa datang membawa keterangan, dia berkata, “Sungguh, aku
datang kepadamu dengan membawa hikmah, dan untuk
menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan; maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sungguh, Allah, Dia
Tuhanku dan Tuhan-mu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.” Qs. Az Zukhruf (43) : 63 – 64
Pembaca yang budiman, mempelajari sejarah agama Kristen membutuhkan kedewasaan iman. Kita dituntut untuk menerima adanya perbedaan-perbedaan, bahkan perbedaan yang bersifat fundamental sekalipun. Meskipun fakta-fakta sejarah Kekristenan tersebut bertentangan dengan iman kita, kita tetap dituntut untuk menanggapinya secara bijaksana. Jika setelah mempelajari sejarah Kekristenan, kita mengalami guncangan iman, maka nasehat Yakobus berikut ini perlu kita renungkan.
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai percobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. Tetapi apabila di antara kamu ada yang kurang hikmat, hendaklah dia memintakannya kepada Allah, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendak-lah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang-orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang men-dua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. Yakobus 1 : 2-8
Satu-satunya jalan agar selamat dari guncangan iman yang bisa berujung pada kesesatan maupun kemurtadan ada-lah kita harus memiliki iman yang teguh kepada Allah. Sese-orang dapat memiliki iman yang benar apabila keimanannya tersebut disertai dengan pengetahuan yang benar. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman apabila ia tidak mengetahui kebenaran apa yang diimaninya tersebut. Sedangkan barang siapa yang mengetahui kebenaran sesuatu tetapi tidak beriman kepadanya, maka ia termasuk golongan orang-orang yang ingkar (kafir).
Hendaknya setiap orang benar-benar berusaha mencari kebenaran hakikat Allah supaya keimanan mereka tidak mudah terombang-ambing oleh ajaran-ajaran palsu yang menyesatkan. Karena itu, Paulus menasehati jemaat di Efesus, sebagai berikut:
“Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagai-mana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
Dan Ia-lah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gem-bala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memper-lengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari padanyalah seluruh tubuh, menerima per-tumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” Efesus 4 : 3-6, 11-16
Kesatuan iman dan kepercayaan yang teguh terhadap Allah yang Esa serta pengetahuan yang benar tentang Anak Allah mampu menyelamatkan kita dari ajaran-ajaran palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. Apabila kita memelihara diri dalam kesatuan Roh Kudus maka kita akan mampu membedakan antara ayat-ayat Allah dan ajaran-ajaran palsu manusia sehingga kita tidak terombang-ambing oleh rupa-rupa angin pengajaran yang menyesatkan.
Yesus menasehati pengikutnya untuk benar-benar menyelidiki kebenaran ajaran yang diajarkan oleh setiap orang yang mengaku sebagai rasul Kristus, padahal mereka adalah nabi-nabi palsu. Sebab dari ajaran-ajaran mereka itulah kita akan mengetahui apakah ajaran tersebut sesuai dengan agama yang dikhotbahkan, diajarkan dan dijalani Yesus?
“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi se-sungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasil-kan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Matius 7 : 15-20
Sesunguhnya untuk mengetahui dan membedakan ajaran-ajaran Allah dan ajaran-ajaran palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan adalah mudah dan tidak rumit. Yakni, kita harus sepenuhnya mengerti bahwa nabi-nabi dan rasul-rasul Allah tidak pernah mengajarkan kepada umatnya untuk menyembah dirinya. Sebab mereka diperintahkan untuk menyeru umat manusia supaya menyembah Allah yang Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyem-bahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya.” Dan tidak (mungkin pula baginya) menyuruh kamu men-jadikan para malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruh kamu menjadi kafir setelah kamu menjadi muslim? Qs. Ali Imran (3) : 79- 80
Ajaran Ketauhidan Allah dalam AlKitab Perjanjian Lama
Islam mengajarkan iman tauhid, yakni ajaran yang menyatakan bahwa
Allah itu Esa, tiada Tuhan selain Dia. Islam pun mengajarkan kepada
umatnya untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun.Tidak hanya Islam, AlKitab pun sesungguhnya mengajar-kan bahwa Allah itu Esa. AlKitab juga memerintahkan kita untuk menyembah Allah, serta melarang kita memper-sekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Ulangan 6 : 4 – 5
Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu… Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku. Yesaya 43 : 3, 10-11
”Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudi-an; tidak ada Allah selain dari pada-Ku. Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain dari pada-Ku? Yesaya 41 4 : 6, 8
Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Akulah TUHAN tidak ada yang lain. Yesaya 45 : 5, 18
… Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku. Yesaya 46 : 9
Maka TUHAN (Allah) akan menjadi Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu TUHAN adalah satu-satunya dan nama-Nya satu-satunya. Zakharia 14 : 9
Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tu-han, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak me-mandang bulu ataupun menerima suap. Ulangan 10:17
Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukan-kah satu Allah menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat satu sama lain dan dengan demikian mena-jiskan nenek moyang kita? Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Maleakhi 2:10,15
Nabi Daud as bersabda: “Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan Allah, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau. Maka nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: Tuhan semesta alam ialah Allah atas Israel. Engkaulah Allah dan segala firman-Mu-lah kebenaran.” 2 Samuel 7 : 22, 26, 28
Dalam ayat tersebut, nabi Daud mengatakan bahwa tidak ada yang sama seperti Allah dan tidak ada Allah selain Dia. Perkataan raja Daud ini semakin mempertegas sebuah keyakinan yang benar, yakni tiada tuhan selain Allah. Iman tauhid ini sesuai dengan yang diajarkan dalam AlQur’an, diantaranya dalam QS. Al Ikhlas (112).
Katakanlah : “Dialah, Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” Qs. Al Ikhlas (112) : 1-4.
Di alam semesta ini tidak ada Allah lain selain Dia. Dia adalah Allah yang Esa. Dia bukan sekedar lebih unggul dari dewa-dewa yang lain, seperti cara berpikir henoteisme. Lebih dari itu, Dia memang tidak dapat dibandingkan dengan semua allah-allah dalam politeisme, sebab hanya Dia satu-satunya Allah yang sejati. Dia satu-satunya Allah yang menciptakan dan memerintah alam semesta. Hanya kepada-Nya manusia patut menyembah. (Kristi, 2009 : 30)
Bukti Kerasulan Yesus Kristus
Yesus Kristus mengajarkan bahwa Allah itu Esa dan dia hanyalah rasul
Allah. Maka jangan heran jika Anda tidak pernah menemukan satu ayat pun
dari AlKitab yang menun-jukkan bahwa Yesus memerintahkan murid-muridnya
untuk menyembah dirinya. Sebaliknya, Yesus mengajarkan kepada umatnya
untuk menyembah dan mengasihi Allah yang Esa.“Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Markus 12 : 29 – 31
Tentunya ajaran Yesus tersebut bukanlah berasal dari dirinya sendiri, melainkan berasal dari Allah.
“Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barang siapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaranku ini berasal dari Allah, entah aku berkata dari diriku sendiri.” Yohanes 7 : 16-17
Paulus pun mengajarkan kepada para jemaat Kristen purba bahwa Allah itu Esa, satu-satunya Allah yang benar, sebab tiada yang berhak disembah selain Dia.
”Tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain daripada Allah yang esa.” Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ”allah”, baik di sorga, maupun di bumi, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup. 1 Korintus 8: 4-6
Ataukah ada Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Roma 3 : 29
Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikat-an damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagai-mana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Efesus 4 : 3 – 6
Murid-murid Yesus yang setia sesungguhnya telah beriman kepada Allah yang mereka akui sebagai satu-satunya Allah yang benar, serta mengakui Yesus sebagai rasul Allah. Mereka juga mengajarkan tentang ketauhidan Allah. Ten-tang keimanan murid-muridnya, Yesus bersabda:
Mereka tahu benar-benar, bahwa aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku.” Yohanes 17 : 6 – 8
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Yohanes 17: 3
Dalam sabdanya tersebut, Yesus menyatakan bahwa ada dua jalan menuju kehidupan yang kekal di sorga nanti. Pertama, bersaksi bahwa Allah adalah satu-satunya Allah yang benar. Kedua, bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah utusan Tuhan.
Tentang sikap murid-murid Yesus yang telah beriman tersebut, Allah berfirman:
Dan ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia, “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.”
Mereka menjawab, “Kami beriman dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim).” QS. Al Maaidah (5) : 111
Namun setelah Yesus diangkat ke sorga, sebagian murid-muridnya berpaling dari kebenaran tersebut.
Sungguh, Kami telah menurunkan ayat-ayat yang memberi penjelasan. Dan Allah memberi petunjuk ke-pada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. Dan mereka berkata, “Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan kami menaati (keduanya).” Kemudian sebagi-an dari mereka berpaling setelah itu. Mereka itu bukanlah orang-orang beriman. Dan apabila mereka di-ajak kepada Allah dan rasul-Nya, agar (rasul) memu-tuskan perkara di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak. QS. An Nuur (24) : 46-48
Tidak hanya mengingkari kebenaran yang telah mereka terima dari Yesus, mereka juga mengajarkan ajaran-ajaran palsu, mengusir setan, dan mengadakan mujizat-mujizat demi nama Yesus. Mereka pun mengajarkan kepada umat Kristen bahwa Yesus memerintahkan mereka untuk menyem-bahnya. Padahal Yesus hanya menyeru umatnya untuk menyembah Allah yang Esa serta menaati segala kehendak dan perintah Allah. Karena itu, Yesus membantah tuduhan ter-sebut. Allah memberitakan tentang bantahan Yesus terha-dap tuduhan umatnya dalam sebuah firman:
Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Engkau-kah yang mengatakan kepada orangorang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua Tuhan se-lain Allah?”
(Isa) menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak patut ba-giku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku per-nah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahui-nya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib.” Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), “Sem-bahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu,” dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” QS. Al Maaidah (5) : 116-118
Firman Allah ini merupakan bukti bahwa Yesus Kristus tidak pernah memerintahkan umatnya untuk menyembah dirinya. Sebab, dalam Injil, Yesus justru telah berkali-kali menyatakan bahwa dirinya hanyalah utusan Allah.
Namun umat Kristen telah jatuh dalam kemurtadan besar. Sebab mereka mempertuhankan Yesus. Padahal Yesus tidak pernah memerintahkan mereka untuk menyembah dirinya. Sebaliknya, Yesus menyatakan bahwa dirinya tidak mengenal orang-orang yang mempertuhankan dirinya. Bahkan dia menyebut mereka sebagai pembuat kejahatan.
“Bukan setiap orang yang berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengada-kan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyah-lah dari padaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Matius 7:21–23
Sabda Yesus tersebut di atas menegaskan bahwa orang yang masuk ke dalam Kerajaan Sorga bukanlah yang menyebut Yesus: Tuhan, Tuhan! Tetapi orang yang masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang melakukan kehendak dan perintah Bapa di sorga, yaitu Allah yang Esa. Padahal gereja-gereja pada masa sekarang mengajarkan kepada umatnya untuk menyebut Yesus: Tuhan!
Yang lebih mengherankan lagi, Yesus menyatakan bahwa dia tidak mengenal orang-orang yang menyebut dirinya Tuhan, serta bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan banyak mujizat demi nama Yesus. Justru sebaliknya, Yesus menyebut mereka sebagai pembuat kejahatan, sehingga ia mengusir mereka dari hadapannya. Mengapa Yesus tidak mengenal mereka? Hal ini bisa terjadi karena kekristenan jaman sekarang kebanyakan telah meninggalkan agama yang dikhotbahkan, diajarkan dan dijalani Yesus. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Dr. Harry Emerson Fosdick:
Kekristenan pada jaman sekarang kebanyakan telah meninggalkan agama yang dikhotbahkan, diajarkan dan dijalaninya (Yesus Kristus), dan telah menggantikannya dengan semacam agama yang sama sekali lain.
Jika Yesus datang kembali ke bumi sekarang, mendengar cerita-cerita agama yang dipusatkan di sekelilingnya, melihat praktek-praktek kepercayaan, pemberian nama, sakramen yang diadakan dalam namanya, maka pastilah dia akan mengatakan: “Jika ini kekristenan, aku bukan seorang Kristen.” (Liahona : The Elder’s Journal, April 1926, hlm. 424)
Lantas, apakah kehendak Allah yang dimaksud oleh Yesus Kristus?
“Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada dia (Yesus) yang telah diutus Allah.” Yohanes 6 : 29
Yesus menyatakan bahwa kehendak Allah adalah hendak-nya kita percaya bahwa Yesus itu telah diutus oleh Allah. Dengan kata lain, Allah berkehendak supaya kita percaya bahwa Yesus Kristus itu adalah rasulullah.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanku dan percaya kepada Dia yang mengutus aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Yohanes 5 : 24
Dalam sabdanya tersebut, Yesus menyatakan bahwa barang siapa mendengar perkataan Yesus dan percaya ke-pada Allah yang mengutusnya, maka orang tersebut akan masuk surga. Ini membenarkan sabda Yesus yang menyata-kan bahwa hanya orang yang melakukan kehendak Allah yang akan masuk sorga.
Sungguh, sabda Yesus tersebut telah membuktikan kepada kita bahwa dia hanyalah seorang rasulullah. Tidak ada alasan bagi kita untuk mempertuhankan Yesus sebagai sembahan lain di sisi Allah.
Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat (kenabian) kepadanya, dan Kami ja-dikan dia sebagai contoh bagi Bani Israil. Dan sungguh, dia benar-benar menjadi pertanda akan datang-nya hari Kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang (Kiamat) itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.
Dan ketika Isa datang membawa keterangan, dia berkata, “Sungguh, aku datang kepadamu dengan mem-bawa hikmah, dan untuk menjelaskan kepadamu sebagi-an dari apa yang kamu perselisihkan; maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sungguh, Allah, Dia Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.” Qs. Az Zukhruf (43) : 59, 61-64
Tetapi, jika di antara Anda masih ada orang-orang yang beriman, mempertuhankan dan menyembah Yesus, maka ke-tahuilah bahwa Allah sangat menghormati hak asasi manusia dalam memeluk suatu agama yang diyakininya.
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama, sesung-guhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Qs. Al Baqarah (2) : 256
Ketahuilah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan segala perbuatan kita. Apa bila kita melakukan perbuatan-perbuatan dosa, maka kita akan mendapatkan azab dari-Nya. Sebaliknya, jika kita bertakwa dan selalu berusaha men-dekatkan diri kepada-Nya, maka Allah akan melimpahkan rahmat dan kasih-Nya kepada kita. Dan, Dia akan memberi-kan pahala kepada orang-orang yang menyambut Nabi dan Rasul yang diutus-Nya sebagai Nabi dan Rasul, serta mene-gakkan ajaran-ajaran para Nabi dan Rasul itu dengan amal agama yang sempurna.
Tentang upah bagi orang yang mengikuti ajarannya, Yesus Kristus bersabda:
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut aku, dan barangsiapa menyambut aku, ia menyambut Dia yang mengutus aku. Barangsiapa menyambut Nabi sebagai Nabi, ia akan menerima upah Nabi, dan barang-siapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.” Matius 10:40-41
Yesus menyatakan bahwa barang siapa yang menyambut Nabi sebagai Nabi, ia akan menerima upah Nabi. Barang siapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah sebagai apakah kita menyambut Yesus?
Yesus Kristus Tunduk dan Patuh pada Kehendak Allah
Sungguh, Yesus telah berkali-kali menyatakan bahwa dirinya adalah
rasulullah. Apakah Anda masih ragu atas ke-rasulan Yesus? Masihkah Anda
percaya bahwa Yesus adalah Allah, padahal kuasa Allah lebih besar dari
pada Yesus?Jika kita adalah orang-orang yang berakal pastilah kita akan menyembah kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Namun jika Anda masih percaya bahwa Yesus Kristus adalah tuhan, maka renungkanlah firman berikut ini:
Sungguh, telah kafir orang yang berkata, “Sesung-guhnya Allah itu dialah Al Masih Putra Maryam.” Kata-kanlah (Muhammad), “Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putra Maryam beserta ibunya dan seluruh (manusia) yang berada di bumi?” dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. QS. Al Maaidah (5) : 17
Membaca firman tersebut, membuat kita berpikir: ma-nakah yang lebih berkuasa, Allah atau Yesus? Tentunya yang lebih berkuasa adalah Allah; sehingga jika Allah hendak membinasakan Yesus dan ibunya, Maria, maka Yesus pasti tak kuasa menolak kehendak Allah itu. Sebab Yesus diutus ke dunia untuk melaksanakan perintah dan kehendak Allah.
Jika Allah berkehendak untuk membinasakan dirinya, maka Yesus tidak akan mampu menyelamatkan dirinya dan mengelak dari kehendak Allah tersebut. Bahkan ketika Allah berkehendak menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi yang berniat membunuhnya, maka dia harus menuruti kehendak tersebut. Meskipun merasa sedih dan gentar, Yesus harus tetap menggenapi kehendak Allah. Hal ini dapat kita ketahui dari doa Yesus kepada Allah sesaat sebelum Anak Manusia diserahkan.
Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu ia berkata kepada murid-muridnya: “Duduklah di sini, sementara aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertanya. Maka mulailah ia merasa sedih dan gentar, lalu katanya kepada mereka: “Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan aku.” Maka ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa: “Ya, Bapa-ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaku, tetapi janganlah seperti yang kuke-hendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Setelah itu ia kembali kepada murid-muridnya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tapi daging lemah.”
Lalu ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, katanya: “Ya Bapa-ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” Matius 26 : 36-42
Dari doa Yesus tersebut; dapat disimpulkan bahwa Yesus memiliki kehendak supaya Anak Manusia tidak di-serahkan kepada kebinasaan. Tetapi Yesus menyadari bahwa ia datang ke dunia ini untuk melakukan segala perintah dan kehendak Allah, sebab ia adalah utusan Allah. Karena itu, ia berdoa supaya kehendak Allah yang berlaku atas dirinya, bukan kehendaknya sendiri. Namun ketika dia mengetahui bahwa ‘hari ketika Anak Manusia akan diserahkan’ semakin dekat, maka ia semakin ketakutan.
Takut akan apa? Tentunya takut akan mati. Tak ada satupun manusia di dunia ini yang tak takut mati. Mungkin bisa jadi ada orang yang berkata, “Aku tidak takut mati, tetapi aku malah menghendaki kematianku,” bolehlah ia ber-kata demikian; tetapi ketika malaikat maut menjemputnya, maka ia akan merasakan ketakutan yang luar biasa. Yesus pun demikian, di taman Getsemani dia ketakutan; hatinya sedih dan gentar, ia pun berkata kepada Petrus dan kedua anak Zebedeus, “Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan aku.”
Bagi mereka yang mempercayai Yesus sebagai rasul Allah, maka mereka akan memaklumi kesedihan dan ketakut-an Yesus tersebut. Bahkan mereka akan bersimpati dan ber-dukacita atas pengorbanan Yesus dalam memberitakan risalah Allah. Dia rela mati demi menaati perintah Allah dan mengajarkan ajaran-ajaran-Nya sebagai pentunjuk dan cahaya bagi bani Israil. Sehingga selayaknya mereka yang mengaku beriman kepada Allah, meneladani sifat Yesus dalam memperjuangkan agama Allah.
Tetapi bagi mereka yang percaya bahwa Yesus itu tuhan; maka mereka seakan tak percaya, bagaimana mungkin se-seorang yang mereka percayai sebagai tuhan mereka, justru merasa takut dan meminta murid-muridnya untuk menjaga dirinya? Pantaskah tuhan merasa takut? Bukankah tuhan itu harusnya Maha Kuasa atas segala sesuatu, sehingga apa susahnya bagi tuhan untuk membinasakan musuhnya terlebih dahulu, sebelum mereka membunuhnya? Jadi, untuk apa Yesus – yang dianggap tuhan itu – merasa takut?
Lebih mengherankan lagi, pantaskah seorang tuhan me-minta kepada murid-muridnya untuk berjaga-jaga bersama-nya? Begitu lemahnya sosok Yesus sebagai tuhan, dia tidak mampu menjaga dirinya sendiri, sehingga merasa perlu me-minta bantuan murid-muridnya untuk berjaga bersama-sama dia. Keheranan kita pasti akan semakin bertambah besar apabila menelaah kisah Yesus di Taman Getsemani dalam Injil Lukas, sebagai berikut:
Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa ia menuju Bukit Zaitun. Murid-muridnya juga mengikuti dia. Setelah tiba di tempat itu ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Kemudian dia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu ia berlutut dan berdoa, katanya: “Ya Bapa-ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaku; tetapi bukanlah kehen-dakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”
Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadanya untuk memberi kekuatan kepadanya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh ber-doa. Peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Lalu ia bangkit dari doanya dan kembali kepada murid-muridnya, tetapi ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. Katanya kepada mereka: “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoa-lah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam percobaan.” Lukas 22 : 39-46
Dalam Injil Lukas tersebut dikisahkan bahwa seorang malaikat datang kepada Yesus untuk memberi kekuatan ke-padanya. Tapi ia tetap merasa sangat ketakutan sehingga peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Karena itu, ia semakin bersungguh-sungguh ber-doa. Membaca kisah tersebut, kita pasti semakin dibuat bertanya-tanya. Pantaskah seorang tuhan masih membutuh-kan pemberian kekuatan dari malaikat? Bagaimana mungkin Yesus yang dianggap tuhan itu merasa sangat ketakutan sehingga peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah?
Dalam kisah Yesus di Taman Getsemani tersebut, kita dapat melihat sisi kemanusiaan Yesus. Sebagaimana manusia biasa yang mengalami takut akan mati, Yesus juga merasa sedih dan gentar menjelang hari Anak Manusia diserahkan. Sebagaimana manusia biasa yang membutuhkan pertolongan dan dukungan kekuatan saat menghadapi pencobaan, Yesus pun meminta kepada murid-muridnya untuk berjaga-jaga bersamanya. Bahkan malaikat Tuhan juga datang untuk mem-berikan kekuatan padanya. Yesus pun semakin bersunguh-sungguh berdoa kepada Allah, supaya kehendak Allah-lah yang terjadi, bukan kehendak pribadinya.
Doa Yesus kepada Allah itu merupakan bukti bahwa dia menundukkan dirinya kepada kehendak Allah, sebagai bukti pengabdian dan kehambaannya. Jadi, mengapa di antara kita masih ada yang menyembah Yesus?
Hanya Allah Yang Maha Kuasa, dan Yesus sendiri menya-takan bahwa Allah adalah satu-satunya Allah yang benar (Injil Yohanes 17 : 3). Jadi, mengapa kita tidak bertuhan kepada Allah yang Esa dan menyembah-Nya dengan sebenar-benarnya iman, serta tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun?
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang keba nyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?
Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan. Qs. Al Maaidah (5) : 59, 65