Semakin banyak terjemahan alkitab, akan semakin banyak pula kekeliruan ditemukan. Karena bisa dipastikan antara versi yg satu dgn yg lain pasti ada berbedaan sangat mencolok.
Contoh konkrit: silahkan dibuka alkitab on line skrng juga, bandingkan 2 versi terjemahan matius 23:24 berikut ini:
Versi Terjemahan Baru:
(24) Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, NYAMUK kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.
Versi Bahasa Indonesia Sehari-hari:
(24) Kalian pemimpin-pemimpin yang buta! LALAT dalam minumanmu kalian saring, padahal unta kalian telan!
Lihatlah kerancuan terjemahan di sini, Tdk usah yg berbeda tahun, yang semasa saja bisa berbeda, yg satu bilang LALAT, yg satu bilang NYAMUK. Sebegitu naifkah Roh Kudus, sehingga tdk bisa membedakan lagi antara LALAT dengan NYAMUK.
Sekedar untuk menambah perspektif, kasus revisi dan kesalahan penerjemahan alkitab seperti ini terjadi dari tahun ke tahun dan dari versi ke versi. Banyak sekali bukti yang bisa dipaparkan untuk hal ini. Sekedar contoh, dapat dikemukakan beberapa di sini:
1. Babi diganti babi hutan
Tahun 1960, alkitab mengharamkan babi secara umum melalui ayat:
“ Dan lagi BABI, karena sungguhpun kukunja terbelah dua, ia itu bersiratan kukunja, tetapi ia tiada memamah biak, maka haramlah ia kepadamu” (Imamat 11:7, Alkitab TL-LAI 1960)
Ayat ini secara tegas mengharamkan semua jenis babi, entah itu babi hutan, babi ternak, babi bule, babi celeng, babi ngepet, babi desa, babi kota, pendeknya semua jenis babi, haram.
Tapi pada tahun 1999, tiba2 muncul terjemahan baru yg hanya mengharamkan babi hutan saja. Sementara jenis babi lain selain babi hutan, halal. Perhatikan ayatnya:
“Demikian juga BABI HUTAN, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu” (Imamat 11:7, TB LAI 1999)
Padahal bila merujuk pada KJV dan NIV yg salah satunya menjadi bahasa sumber penerjemahan alkitab, kata babi menggunakan kata “SWINE” (KJV) dan “PIG” (NIV)
Merujuk pada kamus Webster’s New Dictionary and Thesaurus:
Kata “PIG” berarti babi secara umum, atau babi yg masih muda, yg dipelihara dan jinak.
Kata “SWINE” berarti babi secara umum, tak membedakan babi kota atau babi hutan.
Padahal menyepelekan sebuah kata baik dalam penggunaan maupun apalagi penerjemahan, akan memiliki implikasi sangat fatal, terlebih dlm sebuah kitab yg diklaim suci.
dengan pola pikir yg rancu seperti ini, orang atau penerjemah hrs pada akhirnya secara terpaksa hrs mengakui bhw “ORANG” dan “ORANG HUTAN” itu sama saja, meskipun faktanya dari segi apapun keduanya jelas2 berbeda, yg satu sebutan lain untuk manusia, yg lain nama binatang sejenis monyet.
2. Badak diganti Banteng, dirubah lagi jadi banteng hutan lalu di rubah lagi menjadi banteng hutan.
a. Alkitab TL-LAI 1960 menyebut cula badak
“Tetapi Engkau meninggikan tandukku SEPERTI TJULA BADAK, maka aku telah disiram dengan minyak baharu”(Mazmur 92:11)
b. Alkitab TL-LAI 1999 menyebut “TANDUK BANTENG”
“Tetapi Kau tinggikan tandukku SEPERTI TANDUK BANTENG”, aku dituangi dengan minyak baru” (Mazmur 92:11)
c. Alkitab bahasa Jawa menyebut “BANTENG JALER” (BANTENG JANTAN)
“Nanging kawula badhe’ Paduka paringi kekiyatan KADOS BANTHE’NG JALER, serta Paduka berkahi kalayan kabegjan” (Mazmur 92:11)
d. Alkitab bahasa Madura dan Sunda menyebut “BANTENG ALAS” (BANTENG HUTAN)
“Sareng Junandalem abdidalem epakowat AKADI BANTHENG ALAS, eberkadi eparenge kasennengngan (Jabur 92:11, Alkitab Madura, 1994)
“Abdi ku Gusti disina bedas LIR BANTENG ALAS, dipaparin kasenangan” (Jabur 92:11, Alkitab Sunda, 1991)
Perhatikan: sesuatu yg tidak mungkin terjadi di dunia nyata, yaitu Badak yang tidak mungkin berevolusi menjadi banteng, semuanya menjadi mungkin terjadi di dalam alkitab. tahun 1960 alkitab dlm Mazmur 92:11 melahirkan BADAK LENGKAP DENGAN CULANYA. 39 tahu kemudian, 1999, BADAKNYA aneh bin ajaib berevolusi menjadi BADAK LENGKAP DENGAN TANDUKNYA.
3. Kelinci diganti kelinci hutan
a. Alkitab TL-LAI 1960 menyebut KELINCI
“Melainkan ini djuga jang tiada boleh kamu makan daripada segala binatang jang hanja memamah biak sahadja, atau daripada segala jang hanja kukunja terbelah dua sahadja, yaitu onta dan kawelu dan KELINTJI, karena sungguhpun ia memamah biak, tetapi tiada kukunja terbelah dua; haramlah ia kepadamu” (Ulangan 14:7)
b. Alkitab TL-LAI 1960 KELINCI (1960)berevolusi menjadi KELINCI HUTAN
“Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari antara yang memamah biak atau dari antara yang terbelah dan bersela kukunya: unta, KELINCI HUTAN, dan marmot, karena semuanya itu memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram semuanya itu bagimu” (Ulangan 14:7)
Padahal jelas sekali perbedaan antara kelinci dengan kelinci hutan. Bila kelinci meliputi semua jenis kelinci secara umum terdiri kelinci ternak, kelinci hutan, kelinci kota, kelinci gunung, dsb, maka kelinci hutan merupakan kelinci jenis khusus diperuntukan bagi kelinci liar yg hidup di hutan.
Persis sama dengan kasus orang dengan orang hutan. Meskipin hanya menambahkan hutan di, tapi implikasi terhadap makna dan realitas faktualnya baik secara biologis maupun lingkungan jelas sangat berbeda.
Dari segala kerancuan ini, maka sangat wajar bila setiap orang yang masih berakal sehat dan menggunakan logika normal, meragukan otentisitas dan menyebut alkitab sebagai rancu, penuh kontradiksi dan tdk memenuhi kualifikasi serta kelayakan untuk disebut kitab suci.
sungguh tak pantas disebut kitab suci....
Bahan bacaan:
1. Molyadi Samuel AM, Dokumen Pemalsuan Alkitab, Menyambut Kristenisasi Berwajah Islam, ed. Eddy Rosnaedi, Viktory Press Surabaya, Tim Fakta Jakafrta, 2002
2. Dr. H. Sanihu Munir, SKM. MPH., Kata Yesus tentang Babi: Bagaimana Pula Aspek Medisnya, ed. Masyhud S.M., Pustaka Da'i, 2001
Mas Hendra, sebaiknya tulisannya diperbanyak, dan antum bisa minta data ke Masyhud SM, atau dgn Mas Mulyadi. sekarang kelompok2 yang melecehkan Islam semakin berani terutama dari pihak kristen, dan ini tidak bisa kita biarkan. kita harus buktikan bahwa hanya ajaran Islam yg benar, selain Islam tidak benar...!!!
BalasHapussalam dari saya eddy rosnaedi (eros)