A. Latar Belakang Keluarga
Mahmud
Yunus dilahirkan pada tanggal 10 Februari 1899 Masehi. Bertepatan
dengan tanggal 30 Ramadhan 1316 Hijriyah di desa Sungayang Batu Sangkar
Sumatera Barat. Tahun kelahirannya bersamaan dengan dicetuskannya
politik etis, assositie politic, atau lebih dikenal oleh masyarakat
dengan zaman poli balas jasa dari pemerintah kolonial Belanda. Upaya
balas budi terhadap masyarakat Indonesia dilakukan melalui jalur
pendidikan. Meskipun secara yuridis formal sudah ditetapkan pada tahun
1899, namun secara efektif baru terealisir awal abad kedua puluh.[1]
Mamud
Yunus dilahirkan dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang petani biasa,
bernama Yunus bin Incek dari suku Mandailing dan ibunya bernama Hafsah
dari suku Chaniago. Walaupun dilahirkan dari keluarga yang sederhana.
Namun keluarga ini mempunyai nuansa keagamaan yang kuat. Ayah Mahmud
Yunus adalah bekas pelajar surau dan mempunyai ilmu keagamaan yang cukup
memadai. Sehingga dia diangkat menjadi Imam Nagari (masjid). pada waktu
itu diberikan secara adat oleh Anak Nagari kepada salah seorang
warganya yang pantas untuk menduduki jabatan itu atas dasar ilmu agama
yang dimilikinya.
Di
samping itu Mahmud Yunus bin Incek di masyarakat juga sebagai seorang
yang jujur dan lurus. Ibunya seorang yang buta huruf, karena itu ia
tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah, apalagi pada waktu itu di
desanya belum ada sekolah desa. Tetapi ia dibesarkan dalam lingkungan
yang Islami. Kakek Hafsah adalah seorang ulama yang cukup dikenal,
bernama Syekh Muhammad Ali yang banyak dikenal masyarakat waktu itu.
Ayahnya bernama Doyan Muhammad Ali, bergelar Angku Kolok.
Pekerjaan
Hafsah sehari-hari adalah bertenun, ia mempunyai keahlian menenun kain
yang dihiasi benang emas, yaitu kain tradisional Minangkabau yang
dipakai pada upacara-upacara adat. Saudara Hafsah bernama Ibrahim,
seorang kaya di Batu Sangkar. Kekayaan Ibrahim ini sangat menopang
kelanjutan pendidikan Mahmud Yunus, terutama pada waktu ia belajar ke
Mesir. Ibrahim sangat memperhatikan bekat serta kecerdasan yang dimiliki
oleh kemenakannya ini. Dialah yang mendorong Mahmud Yunus untuk
melanjutkan pelajarannya ke luar negeri dengan disertai dukungan dana
untuk keperluan itu. Hal ini memberikan gambaran tentang bagaimana
tanggung jawab seorang mamak terhadap kemenakannya yang berlaku di
Minangkabau pada waktu itu. Sebagai pepatah yang berbunyi: “Anak di pangku, kemenakan dibimbing”.
Suatu kelaziman yang berlaku sepenuhnya pada waktu itu. Bahwa tanggung
jawab mamak terhadap keponakan bukanlah di dasarkan atas ketidakmampuan
dari ayah keponakan itu sendiri.
Ibrahim
mempunyai seorang anak yang sebaya dengan Mahmud Yunus, ia bergelar
Datuk Sati, sangat ahli dalam bidang adat ini diasumsikan menjadi
penyebab mengapa Mahmud Yunus kurang menonjol pengetahuannya dalam adat
Minangkabau. Ibrahim menginginkan arahan yang berbagi antara anak dan
kemenakan, karena anaknya sangat menggemari masalah-masalah adat, maka
ia menyalurkan kegemarannya untuk belajar kepada ahli-ahli adat, hingga
ia menguasai adat ini dengan baik. Di lain pihak, melihat perkembangan
Mahmud Yunus dari kecil, ternyata lebih cenderung mempelajari agama,
maka Ibrahim pun menyokong kecenderungan ini. Bahkan ia tak berkeberatan
menanggung semua biaya yang diperlukan untuk keperluan itu, hingga
Mahmud Yunus dapat melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih
tinggi.
Dukungan
ekonomi dari sang mamak dengan disertai dorongan dari orang taunya,
maka Mahmud Yunus sejak kecil hingga remaja hanya dilibatkan dengan
keharusan untuk belajar dengan baik tanpa harus ikut memikirkan ekonomi
keluarga dalam membantu orang tuanya mencari nafkah, ke sawah atau ke
ladang, meskipun Mahmud Yunus satu-satunya anak laki-laki dalam
keluarganya, ia dan adiknya Hindun, sedangkan ayahnya telah meninggalkan
ibunya selagi Mahmud Yunus masih kecil.
B. Pendidikan Mahmud Yunus
Sejak
kecil Mahmud Yunus sudah memperlihatkan minat dan kecenderungannya yang
kuat untuk memperdalam ilmu agama Islam. Ketika berumur 7 tahun ia
belajar membaca al-Qur’an di bawah bimbingan kakeknya, M. Thahir yang
dikenal dengan nama Engku Gadang.[2]
Setelah selesai belajar mengaji dan menghafal al-Qur’an Mahmud Yunus
langsung membantu kakeknya mengajarkan al-Qur’an sebagai guru bantu,
sambil ia mempelajari dasar-dasar tata bahasa Arab dengan kakeknya.
Pada
tahun 1908, dengan dibukanya sekolah desa oleh masyarakat Sungayang,
Mahmud Yunus pun tertarik untuk memasuki sekolah ini. Ia kemudian
meminta restu ibunya untuk belajar ke sekolah desa tersebut. Setelah
mendapat restu dari ibunya untuk belajar ke sekolah desa tersebut.
Setelah mendapat restu dari ibunya untuk belajar, iapun mengikuti
pelajaran di sekolah desa pada siang hari, tanpa meninggalkan
tugas-tugasnya mengajar al-Qur’an pada malam harinya. Rutinitas seperti
ini dijalani oleh Mahmud Yunus dengan tekun dan penuh prestasi, tahun
pertama sekolah desa diselesaikannya hanya dalam masa 4 bulan, karena ia
memperoleh penghargaan untuk dinaikkan ke kelas berikutnya.
Di
kelas tiga Mahmud Yunus menjadi siswa terbaik bahkan ia dinaikkan ke
kelas empat. Mahmud Yunus merasa bosan belajar di sekolah desa, Karena
pelajaran sebelumnya sering di ulang-ulang pada saat bosan itu ia
mendengar kabar bahwa H.M. Thaib umar membuka Madrasah (sekolah agama)
di surau Tanjung penuh Sungayang dengan nama Madras School (Sekolah
Surau).[3]
Akhirnya
Mahmud Yunus tertarik untuk mengikuti setalah mendapatkan persetujuan
ibu dan gurunya di sekolah desa. Pada tahun 1910 Mahmud Yunus dengan
diantar ayahnya mendaftar di Madrasah School di sekolah ini ia hanya
belajar ilmu-ilmu keislaman, seperti ilmu nahwu dan ilmu sharaf dengan
memakai papan tulis saja, tanpa kitab, berhitung menurut system ahli
hisab Arab (system faraid), bahasa Arab dengan mengadakan percakapan dan
lain-lain. Mahmud Yunus membagi waktu belajarnya dari jam 09.00 pagi
hinga 12.00 siang di madrasah school. Sedang malam harinya mengajar
disurau kakeknya, sebagai guru bantu kakeknya dalam mengajar al-qur’an.
Pad tahun 1911, karena keinginan untuk mempelajari ilmu-ilmu agama.
Secara lebih mendalam kakeknya untuk kemudian menggunakan waktu
sepenuhnya, siang dan malam belajar dengan tekun bersama ulama pembaharu
ini, hingga ia menguasai ilmu-ilmu agama dengan baik. Bahkan ia di
percaya oleh gurunya ini untuk mengajarkan kitab-kitab yang cukup berat
untuk ukuran sakit, karena itu Mahmud Yunus secara langsung di tugasi
untuk menggantikan gurunya memimpin Madras School.
Kepercayaan
dan harapan H.M Thaib umar terhadap muridnya yang brilyan ini Mahmud
Yunus cukup besar. Pertanyaan ini tidak berlebihan sebab kepercayaan
H.M. Thain Umar mengutus Mahmud Yunus mewakili dirinya untuk menghadiri
pertemuan akbar yang diikuti oleh alim ulama seluruh Minangkabau. Rapat
akbar itu membicarakan tentang keinginan untuk mendirikan Persatuan Guru
Agama Islam (PGAI). Hal ini merupakan indicator, bahwa Mahmud Yunus
dapat duduk bersama membicarakan kepentingan-kepentingan umat Islam di
tengah para intelektual Islam senior waktu itu.
Selain
kompetensi Mahmud Yunus sebagaimana digambarkan di atas. Tahun 1918
Yunus berusaha menghidupkan kembali Madras School kegiatan ini dilakukan
di tengah maraknya perbincangan tentang perlunya pembaharuan system
pendidikan. Oleh karena itu sejak tahun 1918-1923 merupakan masa-masa
sibuk Mahmud Yunus dalam mentransfer dan menginternalisasikan ilmu
pengetahuannya di madras school. Mahmud Yunus mengambarkan sebagai
berikut : “Pada saat Mahmud Yunus menjadi guru di Madrasah School ini di
Minangkabau sedang tumbuh gerakan pembaharuan Islam yang di bawah oleh
alumni Timur Tengah, diantaranya melalui lembaga pendidikan yang
berorientasi pembahruan yang dipelopori oleh Syeik Tahir Djalaludin,
Abdullah Ahmad, Abd. Karim Amrullah, Zainuddin Labia el Yunusy dan
lain-lainnya. Mahmud Yunus nampaknya ikut pula berkecimpung dalam
gerakan pembaharuan ini.[4]
Setelah
memiliki pengalaman beberapa tahun belajar, kemudian mengajar dan
memimpin madras school serta telah menguasai dengan mantap beberapa
bidang ilmu agama, Mahmud Yunus kemudian berkeinginan untuk melanjutkan
pelajarannya ke tingkat lebih tinggi di al-Azhar Mesir. Keinginan ini
muncul setelah ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Pada
tahun 1924 di Mal-Azhar, Mahmud Yunus kembali memperlihatkan prestasi
yang istimewa, ia mencoba untuk menguji kemampuannya dalam ilmu-ilmu
gama dengan mengikuti ujian akhir. Untuk memperoleh syahadah (ijazah)
‘alimiyyah, yaitu ujian akhir bagi siswa-siswa yang telah belajar
sekurang-kurangnya 12 tahun (ibtidaiyyah 4 tahun, tsanawiyah 4 tahun,
dan aliyah 4 tahun). Ada 12 mata pelajaran yang diuji untuk mendapatkan
syahadah ini, namun semuanya itu telah dikuasai olehMahmud Yunus waktu
belajar di tanah air, sebagaimana di catatannya : “Kalau hanya ilmu itu
saja yang akan di uji, saya sanggup masuk ujian itu, karena ke 12 macam
ilmu itu telah saya pelajari di Indonesia, bahkan telah saya ajarkan
beberapa tahun lamanya (1915-1923).
Ujian
ini dapat diikutinya dengan baik dan berhasil lulus serta mendapatkan
ijazah (syahadah) “alamiyyah” pada tahun yang sama tanpa melalui proses
pendidikan. Dengan ijazah ini, Mahmud Yunus lebih termotivasi untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dia kemudian
memasuki Darul’ulum ‘Ulya Mesir. Pada tahun 1925 ia berhasil memasuki
lembaga pendidikan yang merupakan Madrasah ‘Ulya (setingkat Perguruan
Tinggi) agama yang juga mempelajari pengetahuan umum.
Mahmud
Yunus sangat terkesan dengan sistem pendidikan pada Darul Ulum
tersebut, ia memilih jurusan tadris (keguruan). Perkuliahan di darul
‘ulum ‘ulya mulai dari tingkat I sampai IV dan semua tingkat itu
dilaluinya dengan baik, bahkan pada tingkat terakhir, dia memperoleh
nilai tertinggi pada mata kuliah insya (mengarang). Pada waktu itu
Mahmud Yunus adalah satu-satunya mahasiswa asing yang berhasil
menyelesaikan hingga ke tingkat IV Darul ‘ulum.
Kuliah
Mahmud Yunus berakhir dengan lancar tahun 1929. Dia mendapat ijazah
diploma guru dengan spesialisasi bidang ilmu pendidikan. Setelah itu ia
kembali ke kampung halamannya di Sungayang Batu Sangkar. Gerakan
pembaruan di Minangkabau saat itu makin berkembang. Ini amat
mengembirakan Mahmud Yunus yang lantas mendirikan dua lembaga pendidikan
Islam, tahun 1931, yakni al-Jami’ah Islamiyah di Sungayang dan Norma
Islam di Padang. Di kedua lembaga inilah dia menerpakan pengetahuan dan
pengalaman yang didapatnya di Darul ‘ulum.
C. Karir
Setelah
kembali ke Indonesia 1930, Mahmud Yunus aktif di organisasi Islam dia
juga banyak menjadi pimpinan dalam suatu lembaga diantaranya adalah:
1. Memimpin
al-Jami’ah al-Islamiyyah di Sunga yang Madrasah School yang dulu pernah
di pimpin Mahmud Yunus menggantikan gurunya H.M. Thaib Umar, mulai
mendapatkan sentuhan perubahan. Mahmud Yunus mengagganti nama Madras
School dengan al-Jami’ah al-Isilamiyyah. Sekolah-sekolah pemerintah
yaitu jenjang Ibtida’iyyah dengan masa belajar 4 tahun setingkat shakel,
jenjang tsanawiyah dengan masa belajar 4 tahun, setingkat AMS
al-Jami’ah al-Isilamiyyah dipimpin oleh Muhammad Yunus lebih banyak di
padang dalam memimpin normal Islam di Padang.
2. Memimpin
normal Islam di Padang Normal Islam (kuliyatul mu’allimin
al-islamiyyah) didirikan di padang oleh Persatuan Guru Agama Islam
(PGAI) pada bulan april 1931. Sekolah ini setingkat aliyah dan bertujuan
untuk mendidik calon guru. Oleh karena itu murid yang ditreima di
sekolah ini dalah lulusan madrasah 7 tahun. Kepemimpinan normal Islam
dipercayakan kepada Mahmud Yunus. Normal Islam adalah madrasah yang
terbilang modern untuk waktu itu. Sekolah ini disamping telah memasukkan
mata pelajaran umum ke dalam kurikulum pengajarannya, juga sudah
memiliki laboratorium kimia dan fisika, juga alat-alat praktikum
lainnya. Selama memimpin norma Islam, Mahmud Yunus telah melakukan
pembaharuan sistem pengajaran, terutama metode pengajaran bahasa Arab.
3. Memimpin
sekolah Islam tinggi (SIT) di Padang Sekolah tinggi Islam ini merupakan
Perguruan Tinggi Islam pertama di Minangkabau bahkan di Indonesia. SIT
didirikan oleh PGAI di Padang pada bulan Desember 1940 dan sebagai
pemimpin pertama dan dipercayakan kepada Mahmud Yunus. Sekolah tinggi
ini terdiri dari dua fakultas, yaitu : Fakultas syari’ah dan fakultas
pendidikan / bahas Arab, akan tetapi sekolah tinggi ini hanya berjalan
kurang dari tiga tahun, karena pada tahun 1942, saat jepang telah
menguasai kota padang, ada ketentuan pemerintahan baru yang tidak
membolehkan adanya sekolah tinggi di daerah penduduknya.
4. Mendirikan
dan memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) di Bukit Tinggi. Pada saat
tentara sekutu menduduki kota padang, secara beruntun terjadi
pertempuran hebat antara pemuda-pemuda dengan tentara sekutu. Suasana
ini mengakiabtkan terancamnya sekolah-sekolah agama Islam yang ada di
padang. Banyak guru-guru dan murid-murid yang mengungsi ke bukit tinggi.
Di bukit tinggi atas prakarsa Mahmud Yunus dan dengan kesepakatan
guru-guru yang ada, untuk menjaga kelangsungan pendidikan gama Islam
didirikan sekolah di pimpin langsung oleh Mahmud Yunus, namun tidak
lama, pada bulan Desember Mahmud Yunus dipindahtugaskan ke Pematang
Siantar, dan kepemimpinan smi di pegang oleh H. Bustani Abdul Gani.
5. Memimpin
IAIN Imam Bonjol di Padang Menjadi Rektor pertama pada perguruan tinggi
agama Islam negeri pertama di sumatera barat adalah jabatan terakhir
yang diemban oleh Mahmud Yunus selama menjadi pegawai departemen agama.
Banyak aktivitas keagamaan dan kependidikan agama yang telah dijalaninya
pada waktu sebelumnya, baik sebagai Dekan pada Akademi Dinas Ilmu Agama
(ADIA) di Jakarta sebagai kepala lembaga pendidikan agama dan sebagai
dosen pada beberapa perguruan tinggi. Pengalamn-pengalaman itu tentu
menjadi pertimbangan bagimateri agama untuk mempercayakan jabatan rector
IAIN Imam Bonjol di Padang. Jabatan ini di peganganya dari tahun 1967
hingga memasuki masa pensiun pada akhir tahun 1970 dan pada tahun 1982
Mahmud Yunus meninggal dunia.
D. Karya Tulis Mahmud Yunus
Mahmud
Yunus di masa hidupnya dikenal sebagai seorang pengarang yang
produktif. Aktifitasnya dalam melahirkan karya tulis tak kalah penting
dari aktivitasnya dalam lapangan pendidikan. Popularitas Mahmud Yunus
lebih banyak di kenal lewat karangan-karangan, karena buku-bukunya
tersebar di setiap jenjang pendidikan khususnya di Indonesia.
Buku-buku
Mahmud Yunus menjangkau hampir setiap tingkat kecerdasan.
Karangan-karangannya bervariasi mulai dari buku-buku untuk konsumsi
anak-anak dan masayarakat awam dengan bahasa yang ringan, hingga
merupakan literature pada perguruan tinggi. Pada perjalanan hidupnya, ia
telah mengahasilkan buku-buku karangannya sebanyak 82 buku. Dari jumlah
itu Mahmud Yunus membahas berbagai bidang ilmu, yang sebagian besar
dalah bidang-bidang ilmu agama Islam. Berikut ini di antara buku-buku
karya Mahmud Yunus. :
1. Bidang pendidikan : 6 karya
- Pengetahuan umum dan ilmu mendidik
- Metodik khusus pendidikan agama
- Pengembangan pendidkan Islam di Indonesia
- Pokok-pokok pendidkan dan pengajaran
- At-Tarbiyyah wa at-Ta’lim
- Pendidikan di Negara Islam dan initsari pendidikan barat.
2. Bidang bahasa Arab : 15 karya
- Pelajaran bahasa Arab I
- Pelajaran bahasa Arab II
- Pelajaran bahasa Arab III
- Pelajaran bahasa Arab IV
- Durusu al-Lughah al-arabiyyah ‘ala Thariqati al-Haditsah I
- Durusu al-Lughah al-arabiyyah ‘ala Thariqati al-Haditsah II
- Metodik khusus bahasa Arab
- Kamus Arab Indonesia
- Contoh tulisan Arab
- Muthala’ah wa al-Mahfuzhaat
- Durusu al-Lughah al’Arabiyyah I
- Durusu al-Lughah al’Arabiyyah II
- Durusu al-Lughah al’Arabiyyah III
- Mukhadatsah al-‘Arabiyyah
- Al-Mukhtaraat li al-Muthala’ah wa al-Mahfuzhhat
3. Bidang fiqh : 17 karya
- Marilah sembahyang I
- Marilah sembahyang II
- Marilah sembahyang III
- Marilah sembahyang IV
- Puasa dan zakat
- Haji ke Mekkah
- Hukum waris dalam Islam
- Hukum perkawinan dalam Islam
- Pelajaran sembahyang untuk orang dewasa
- Soal jawab Hukum Islam
- Al-Fiqhu al-Wadhih
- Fiqhu al-Wadhih an-Nawawy
- Al-Masailu al-Fiqhiyyah ‘ala Mazahibu al-Arba’ah
4. Bidang tafsir : 15 karya
- Tafsir al-Qur'anul qarim (30 Juz)
- Tafsir al-Fatihah
- Tafsir ayat akhlak
- Juz ‘amma dan terjemahannya
- Tafsir al-Qur'an juz 1-10
- Pelajaran huruf al-Qur'an 1973
- Kesimpulan isi al-Qur'an
- Alif ba ta wa juz ‘amma
- Muhadharaat al-israiliyyaat fi at-tafsir wa al-Hadits
- Tafsir al-Qur'anul Karim juz 11-20
- Tafsir al-Qur'anul Karim juz 21-30
- Kamus al-Qur'an I
- Kamus al-Qur'an II
- Kamus al-Qur'an (juz 1-30)
- Surat yaasin dan terjemahannya
5. Bidang akhlak : 9 karya
- Keimanan dan akhlak I
- Keimanan dan akhlak II
- Keimanan dan akhlak III
- Keimanan dan akhlak IV
- Beriman dan berbudi pekerti
- Lagu-lagu baru pendidikan agama/akhlak
- Akhlak bahasa Indonesia
- Moral pembangunan dalam Islam
- Akhlak
6. Bidang sejarah : 5 karya
- Sejarah pendidikan Islam
- Sejarah pendidikan Islam di Indonesia
- Tarikh al-fiqhu al-Islamy
- Sejarah Islam di Minangkabau
- Tarikh al-Islam
7. Bidang perbandingan agama : 2 karya
- Ilmu perbandingan agama
- Al-Adyaan
8. Bidang Dakwah : 1 karya
- Pedoman dakwah Islamiyyah
9. Bidang ushul fiqh : 1 karya
- Muzakaraat Ushulu al-Fiqh
10. Bidang Tauhid : 1 karya
- Durusu at-Tauhid
11. Bidang ilmu jiwa : 1 karya
- Ilmu an-Nafsu
12. Lain-lain: 9 karya
- Beberapa kisah Nabi dan khalifahnya
- Do'a-do'a Rasulullah
- Pemimpin pelajaran agama I
- Pemimpin pelajaran agama II
- Pemimpin pelajaran agama III
- Kumpulan do'a
- Marilah ke al-Qur'an
- Asy-Syuhuru al-‘Arabiyyah fi Biladi al-Islamiyyah
- Khulashah Tarikh al-Ustadz Mahmud Yunus.26
Dari
banyaknya karya tulis yang telah dihasilkannya telah menunjukan bahwa
Mahmud Yunus adalah seorang cendekiawan yang memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas terhadap Islam. Maka wajar saja jika pemikiran dan
ide-idenya menembus ruang dan waktu.
[1] Ramayulis, Samsul Nizar, Ensiklopedi Pendidikan Islam (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), 336
[2] Abudin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 57
[3] Ramayulis, Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: Quantum Teaching,
2005), 337
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAssalamu alaikum,akhi, gimana car a mudah untuk dapat koleksi buku prof.H.Mahmud Yunus ya? Trm ksh
BalasHapusAssalamu alaikum,akhi, gimana car a mudah untuk dapat koleksi buku prof.H.Mahmud Yunus ya? Trm ksh
BalasHapusDimana kah makam dr mahmud yunus
BalasHapusSalamun alaikum. Syukur alhamdulillah diatas kehendak Allah kerana alquran tafsir dr mahmud yunus telah membuka jalan kepada mengkaji alquran dan kehendak Allah swt didalam kitab nya. Saya dari malaysia dan berharap dapat berhubung dgn anak2 almarhum dr mahmud Yunus utk menyampai ucapan setinggi terima kasih yg tidak terhingga. Sehingga terbuka lah rahsia yang tersurat dan tersirat didalam alquran .
BalasHapus